CATATAN PINGGIR MENYONGSONG HUT KEMERDEKAAN RI KE-64

Indonesia kini telah merdeka 64 tahun. Kemerdekaan yang penuh pengorbanan. Keringat bercucuran bercampur darah menetes bumi persada ini. Darah yang takkan terhapus oleh hujan, angin, badai sekalipun. Darah yang telah menyatu dengan bumi persada Indonesia yang tercinta ini.
Kini, apa kita sungguh telah merdeka? Pertanyaan yang selalu muncul disetiap kali kita merayakan HUT Kemerdekaan Negara kita. Pertanyaan yang kadang tidak terlalu penting bagi mereka yang punya egoisme tinggi. Tapi amat penting bagi mereka yang terbelenggu oleh keserakahan manusia-manusia yang menganggap kemerdekaannya adalah milik mereka.

LALU BAGAIMANA DENGAN KEMERDEKAAN UNTUK ENDE-LIO SARE, TANA-WATU KECINTAAN KITA ?

Pertanyaan ini, mungkin terlalu berlebihan....orang punya pengalaman masing-masing tentang kemerdekaan yang dialaminya. Marilah kita merefleksikan sejenak. Kita menghitung jejak tapak kaki dalam perjalanan hidup di tana-watu ola muri kita. Berapa banyak jejak kaki yang telah membekas dan tertanam di bumi kecintaan kita, Ende-Lio sare?
Saya yakin, kebanyakan kita hanya sekedar numpang lewat di tana-watu Ende-Lio, sehingga jejak tapak kaki gampang terbawa oleh angin, air yang mengalir sehingga tak satu pun yang membekas.

Terlepas Kemerdekaan yang kita rasakan, saya mengajak untuk menoleh sebentar tana-watu nua kita... Selama 63 tahun dan sebentar lagi 64 tahun dalam kemerdekaan, apa yang telah dibuat dan di bangun demi kemajuan, kesejahteraan, kebahagiaan, keadilan dan keharmonisan masyarakat di Kabupaten Ende ? mari kita refleksikan kembali!

Terkadang kita pingin menangis, tapi apa yang akan kita tangisi?
Terkadang kita pingin tertawa apa yang patut ditertawakan ?
Terkadang pula kita ingin marah tapi siapa yang kita marah ?

Tana-watu, Ola muri kita Ende-Lio sare sungguh ditelantarkan.
Kelimutu, danau Tiga warna penuh dengan keajaiban, kemagisannya kini bukanlah apa-apa di mata dunia. Situs Bung Karno, sang Proklamator yang diagung-agungkan bahkan disegani oleh dunia hanya sebatas sejarah di kota kecil yang tidak punya arti apa-apa di mata dunia bahkan di Negara Indonesia ini.
Bahkan anak-anak Indonesia pun tidak menyangka ide Pancasila terlahir di sebuah kota kecil, yang sebenarnya adalah tonggak sejarah Republik ini. Dan Siapa juga yang menyangka Gunung meja, Ia dan Wongge punya mitologis yang menarik.
Masih banyak kekayaan daerah kita yang bisa di jadikan obyek wisata. Kita ingat saja:
Air panas di Detusoko yang katanya dapat merebus telur uayam, keindahan pantai, apalagi dikala matahari terbenam ( pantai Nangapanda, Pantai Ipi, dan Pantai Ende dll ), Budaya kita yang kaya, tarian-tarian, upacara adat, suku Onekore di tengah kota bak Betawi di tengah kota metropolitan semuanya tidak tertata.
Memang telah banyak dari kita yang telah berusaha membangun tana-watu Ende-Lio sare, namun apakah sudah maksimal? Ini salah siapa?
Mari kita bersama-sama memperkenalkan Ende-Lio sare, terkhusus bagi yang merantau dimana saja, yang bergelut di bidang pariwisata ayo..... katakan : "Ende Lio Sare punya keindahan yang Luar Biasa ."

Janganlah kita mencari siapa yang salah dan apa yang membuat tak bisa dilakukan semuanya ,karena apa yang tidak mungkin akan menjadi mungkin kalau kita mau.

catatan pinggir ini semoga menjadi bahan permenungan kita di HUT Kemerdekaan RI 17 Agustus 2009.

Komentar :

ada 0 komentar ke “CATATAN PINGGIR MENYONGSONG HUT KEMERDEKAAN RI KE-64”

Posting Komentar

Silakan anda berkomentar apa saja tentang kabupaten Ende yang tercinta...
KIta membangun bersama

Ola Gare Miu